Dongeng Anak Sebelum Tidur: Kisah Choco si Kucing Pelukis Mimpi Indah
Di sebuah desa kecil yang tenang, di mana atap-atap rumah tampak seperti berbisik pada rembulan, hiduplah seekor kucing berwarna cokelat pekat bernama Choco. Choco memiliki sebuah rahasia yang sangat istimewa. Ekornya yang lebat dan selembut beludru bukanlah ekor biasa. Itu adalah sebuah kuas ajaib.
Setiap malam, saat cahaya bulan tumpah ke bumi dan menyinari desa dengan warna perak, Choco akan mencari genangan cahaya terindah. Ia akan duduk, lalu dengan anggun mencelupkan ujung ekornya ke dalam cahaya rembulan itu.
Ajaib! Ujung ekornya akan menyala, berkilauan keemasan, siap untuk melukis.
Di desa itu, tinggal seorang anak laki-laki bernama Rian. Beberapa malam ini, Rian selalu takut memejamkan mata. Ia sering bermimpi dikejar bayangan besar yang bergigi runcing. Ayah dan Bundanya sudah memeluknya erat dan menyanyikan lagu pengantar tidur, tapi rasa cemas Rian tetap saja datang saat lampu kamarnya dipadamkan.
Malam itu, Choco mendengar isak tangis pelan dari jendela kamar Rian yang sedikit terbuka. Dengan langkah tanpa suara, ia melompat ke ambang jendela dan melihat Rian sedang menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
Hati Choco tersentuh rasa iba. Ia tahu apa yang harus dilakukan.
Ia melompat masuk dengan senyap, mencari genangan cahaya bulan di lantai kayu kamar Rian. Ia mencelupkan ujung ekornya ke sana. “Srrrtt…” ekornya kini bersinar lembut.
Choco mulai mengibaskan ekornya ke udara. Bukan cat biasa yang keluar, melainkan debu bintang keemasan yang menari-nari. Di dinding kamar yang tadinya gelap, Choco mulai “melukis”.
Lukisan pertamanya adalah seekor paus raksasa yang tersenyum, berenang dengan tenang di lautan bintang. Lalu, ia melukis padang rumput yang dipenuhi bunga dandelion bercahaya, yang kelopaknya terbang perlahan saat ditiup angin. Terakhir, ia melukis Rian sendiri, sedang terbang riang di punggung seekor burung hantu yang bijaksana.
Lukisan-lukisan cahaya itu mengambang perlahan di dalam kamar, sinarnya yang hangat dan menenangkan membuat semua bayangan menakutkan pergi.
Rian, yang mengintip dari balik selimut, terdiam takjub. Matanya yang tadi basah oleh air mata kini berbinar-binar melihat keindahan di kamarnya. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh rasa damai dan ingin tahu. Ia memandang ke arah Choco, yang memberinya kedipan mata sebelum melompat kembali ke dalam kegelapan malam.
Malam itu, Rian tidur dengan senyum di wajahnya. Ia bermimpi terbang tinggi di atas desanya, ditemani burung hantu yang bijak, menghitung bintang-bintang yang berkelip.
Sejak saat itu, Choco menjadi sang pelukis mimpi rahasia di desa. Jika ada anak yang bersedih atau takut, ia akan datang dan melukiskan mimpi terindah di dinding kamar mereka, memastikan malam mereka dipenuhi keajaiban, bukan kekhawatiran.
Pesan Moral dari Kisah Choco
Ayah/Bunda, kisah Choco kali ini mengajarkan kita bahwa setiap orang punya cara sendiri untuk “melukis” kebahagiaan bagi orang lain. Kita mungkin tidak punya kuas ajaib, tapi kita punya kata-kata yang baik, cerita yang lucu, atau sebuah gambar sederhana yang bisa kita buatkan untuk teman yang sedang sedih.
Tindakan kreatif dan penuh kasih sayang, sekecil apa pun itu, bisa mengubah “dinding yang gelap dan menakutkan” di hati seseorang menjadi sebuah kanvas yang penuh dengan lukisan mimpi yang indah.
Selamat tidur, jagoan kecil. Semoga malammu dipenuhi lukisan mimpi yang paling menakjubkan!